NEW WORLD

in my dream, in your dream, in our dream to be the ones

Monday, January 21, 2013

Dengan kita bersama, Kawan

Terinspirasi darimu kawan, ku ingin menulis,
Membaitkan aksara a b c terpisah dalam jeda
Meresapi seluruh angannya yang mengawan
Membelai langit perlahan, lembut
Tergores waktu ku sanggup menggapaimu lagi

Tergugah dalam asamu kawan, ku ingin bermelodi
Mendendangkan do re mi terhenti dalam helaan nafas panjang
Tuk mengambil satu per satu nada mengalun santun
Tertata hikmat simfoni penuh harmoni
Terhanyut masa ku sanggup menggenggammu lagi

Termetamorfosa bersamamu kawan, ku ingin menghitung
Menyamarkan angka yang sirna dalam satu dua tiga tertegun mengembun
Membiarkan sedikit demi sedikit tak lagi utuh
Terbang mengangkasa lalu turun sebagai hujan
Terhempas detik ku sanggup menyandingimu lagi

dan satu mimpi kita kan kembali di sini
yang kamu telah tinggalkan karena tak sempurna
aku kejar tuk kurajut kuperbaiki kutorehkan dengan mimpi yang baru
mimpi kita kelak di saat kita kan berdiri berdampingan

dengan kamu di sisiku
dengan aku di sampingmu , kawan



Saturday, January 19, 2013

Masih..

Ternyata, walau sekian waktu berlalu dengan hal yang tak lagi dan tak pernah sama ada hal yang selalu sama. Entah akan sampai kapan ini tetap sama. Tentang cerita yang nyatanya sudah tak sama. Bukannya aku tak pernah mencoba untuk membuatnya tak sama seperti dulu, namun mungkin dalam hati ini yang tiada sanggup untuk membuatnya berbeda. Karena apa harusnya sudah tidak lagi seperti ini.

Yang aku inginkan adalah menghapus dan harusnya memang terhapus. Tapi sampai sekarang masih terlukis jelas dalam kanvas yang sudah penuh dengan warna. Melewatkan lalu perlahan meninggalkan setiap warna setiap tetesan catnya. Dan ternyata sulit, karena telah terbenam dalam merekat erat dalam kanvas itu. Seperti itukah kisah ini yang ternyata berakhir dengan sisa yang belum mampu dihapuskan dalam hati ini. Tak mungkin aku mematahkan lukisan itu agar ia tak lagi tampak. Menjauhinya, menghindarinya pun tetap tak merubah skenario hati ini.

Harusnya tak begini, sungguh tak bisa begini. Logika ini tak boleh dikendalikan oleh perasaan. Haruskah aku benar-benar pergi dari keadaan yang tak membolehkanku untuk pergi. Tapi ketika aku pergi, masih ada kuas yang kubawa tak sengaja kubawa, karena aku mungkin benar-benar dikendalikan oleh hati yang belum menghendakinya, melepasnya dari indahnya detik-detik ketika kita masih melukiskan dengan warna yang sama.